25.7.17

Untukku, di Masa Depan

Halo, diriku sendiri, yang sudah berumur 20-an dan sudah mencicipi pahitnya dunia nyata.
Apa kabar?
Aku di sini, sedang retret di Lembah Karmel, tidak ada sinyal, jadi ingin menulis surat untuk diriku sendiri saja, karena terlalu sering menulis surat untuk orang lain.
Bagaimana kehidupan? Aku belum tahu rasanya, karena aku masih SMA, baru naik ke kelas 12. Sebentar lagi lulus, kuliah, dan bertemu dengan penerima surat ini.
Aku selalu berprinsip untuk tidak bermimpi terlalu tinggi, nanti sakit kalau tidak terwujud. Namun, aku sendiri, remaja 17 tahun yang masih labil dengan cita-cita, suka sekali berandai-andai. Andai tinggal di Jepang, andai kerja di Disney, andai menjadi sutradra film/pementasan terkenal, andai jadi seseorang yang dapat menginspirasi banyak orang, andai jadi orang kaya, dan masih banyak lagi. Kalau kamu, bagaimana? Apakah telah menjadi seseorang yang kuandaikan sekarang, atau jauh dari apa yang kuimpikan? Tak apa, hidup tak selalu berjalan mulus. Jujur, aku sering sekali memaafkan diri sendiri. Memaafkan cita-cita yang tak tercapai, memaafkan nilai jelek, memaafkan kesalahan-kesalah bodoh, dan sebagainya. Salah sih, karena kalau begitu, aku menjadi manja dan tidak ada usaha. "Yaudah deh gapapa, lain kali masih bisa. I've done my best." Sebenarnya baik-baik saja, daripada ujung-ujungnya membenci dan menyalahkan diri sendiri seumur hidup. Namun terlalu banyak memaafkan diri sendiri juga tidak baik. "Lain kali masih bisa." Lain kali kapan lagi? Aku hidup hanya sekali, masa muda hanya sekali, nanti iri dengan orang yang bisa ke Jepang, bisa kerja di Disney, sementara aku kerja xxx" Lalu membuat excuse "Halah, itu cuma orang pinter, orang yang emang gifted lah, mana bisa gua kayak gitu. Gua mah apaan, Tuhan takdirinnya cuma jadi xxx" Membuat excuse, memaafkan diri sendiri, pada akhirnya menyesal dan sedih. Merenung. "Kenapa gak dari dulu gua kerja keras."
Hai kamu yang sudah 20-an. Seperti apakah dirimu? Maafkan aku yang masih terlalu labil memikirkan cita-cita sehingga berdampak pada hidupmu. Namun aku berharap satu padamu. Ikuti kata hatimu, apapun itu. Tidak ada kata terlambat, kejar saja. Jangan lupa berdoa.
Hari ini aku mendapat surat dari X. Aku sempat meminta X untuk meminta Y membaca masa depanku. Ya, Y memang katanya gifted membaca masa depan seseorang. Saking cluelessnya, aku meminta orang lain membacaku. Katanya, aku akan menjadi orang dalam yang ikut menyukseskan sebuah perusahaan. Cita-citaku dari kecil akan terwujud. Entah benar atau tidak, tapi aku senang sekali mendengarnya. Walaupun aku sendiri bingung cita-citaku waktu kecil apa, tapi aku senang setidaknya aku punya harapan di masa depan. Aku sangat ingin menjadi berguna bagi banyak orang dan memberi pengaruh baik. Aku ingin membuat dunia ini lebih baik.
Aku senang.
Hai diriku di umur 20-an. Aku tidak tahu apakah ramalan itu benar atau tidak, namun teruslah berkarya. Jangan cepat menyerah, ingat mimpi-mimpimu, tidak ada yang instan. Tuhan menciptakanmu karena dunia membutuhkanmu. Hidup memang tidak seindah film Disney, maka dari itu, bangkitlah jika kamu terpuruk, dan buat hidupmu kembali seperti film Disney. Ingat, mami juga akan selalu mendoakanmu. Buatlah dia bangga dan buatlah dunia ini lebih indah sebelum kau meninggalkannya.
-Verena Vincent, 17 tahun

No comments:

Post a Comment